JASA KONSULTAN TAMBANG
Eksplorasi Geologi
Estimasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral dan Batubara
Engineering Tambang Permukaan
Pra-Studi Kelayakan dan Studi Kelayakan Tambang
Dokumen Perijinan Tambang
Audit teknis Due DiligentAudit Operasional Tambang
· Eksplorasi Geology
Meliputi
kegiatan
a. Pemetaan geologi
b. Percontoan batuan (channel sampling,
chip sampling, grab sampling, dan diamond drill sampling)
c. Survey geofisika (geolistrik, dan
geomagnet)Pemetaan topografi
d. Pemodelan geologi mineral
dan batubara
· Estimasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral dan Batubara
Terdapat beberapa ketentuan
dalam estimasi sumberdaya (resource) dan cadangan (reserve) mineral dan
batubara yang diterbitkan oleh berbagai instansi, asosiasi baik lokal maupun
Internasional. Salah satu yang bisa dijadikan dalam pengklasifikasian
sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara telah dipublikasikan sesuai
Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-4726-1998
Pemodelan
3 dimensi endapan mineral dan batubara memerlukan keahlian dan pemahaman
geologi yang spesifik untuk masing-masing mineral. Pemodelan 3 dimensi endapan
mineral mencakup juga aspek stratigrafi dan struktur geologi yang mengontrol
endapan. Nilai kadar yang telah divalidasi dan dilakukan analisa statistic
serta dikomposit, selanjutnya ddiinputkan ke dalam blok model dengan beberapa
cara seperti inverse distance, assign value atau ordinary kriging.
Engineering Tambang Permukaan
Perencanaan dan Design Tambang Permukaan
Perencanaan dan design tambang permukaan akan mempertimbangkan kondisi geologi, nilai kadar dan lokasi keberadaan mineral, kemenerusan endapan, topografi, batas-batas tambang, tingkat produksi, tinggi jenjang (bench height), sudut lereng (pit slopes), jalan tambang, biaya tambang, biaya pengolahan, factor recovery, permintaan pasar, nisbah kupas (stripping ratio), dan batasan kadar yang ditambang (cutoff grades).
Perencanaan Operasional Tambang
Perencanaan
operasional tambang meliputi rencana pengupasan dan penimbunan lapisan
penutup/batuan samping, design pemboran dan peledakan (drilling and blasting
design), design jalan tambang dan jalan angkut, design mesin pengolahan (processing
design) dan rencana reklamasi dan rencana pascatambang.
Penyusunan Laporan
Laporan Rencana Eksplorasi (RKE)
Laporan Eksplorasi
Laporan Pra-Studi Kelayakan dan Studi Kelayakan Tambang
Laporan Rencana Reklamasi
Laporan Rencana Pascatambang
Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya
TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur
batuan beku akan memberikan gambaran yang dapat mengungkapkan tentang bagaimana
batuan terbentuk. Klasifikasi tekstur pertama berfokus pada ukuran kristal
mineral. ukuran kristal terutama mencerminkan tingkat pendinginan, tetapi juga
seringkali sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan (terutama air atau
kandungan gas). Klasifikasi berdasarkan ukuran kristal akan muncul pada batuan
intrusif maupun ekstrusif.
Klasifikasi
tektur kedua berhubungan dengan batuan vulkanik. Letusan vulkanisme menciptakan
fitur yang sangat khas pada batuan beku.
Tektur berbutir kasar (paneritik)
Tekstur
berbutir kasar umumnya menunjukkan magma yang perlahan-lahan didinginkan di
bawah permukaan bumi. Pendinginan lambat memberikan cukup waktu untuk kristal tumbuh
ke ukuran yang mudah dilihat secara kasat mata (yaitu, lebih besar dari 1 mm).
Kristal yang terbentuk pertama
kali cenderung memiliki bentuk umumnya kristal karena kristal-kristal tersebut
tumbuh dengan bebas yang berada di dalam cairan magma. Kristal yang terbentuk kemudian
akan mengisi rongga tersisa di antara kristal yang telah terbetuk diawal proses.
Kristal yang terbentuk terakhir akan berbentuk tidak teratur sesuai dengan
celah/ruangan yang tersisa. Dengan demikian seringkali hal ini dapat menggambarkan
urutan relatif pembentukan kristal suatu magma.
Tekstur
porfiritik dengan massa dasar berbutir kasar
Pada tekstur porfiritik menunjukkan mineral-mineral dalam
dua populasi ukuran yang berbeda yaitu satu atau beberapa mineral secara
konsisten berukuran lebih besar dibandingkan mineral tersisa lainnya dalam batuan.
Butiran mineral yang ekstra besar disebut fenokris. Feldspars, augit, dan
hornblende umumnya menunjukkan bentuk kristal persegi panjang, sedangkan kuarsa
dan olivin umumnya berbentuk membulat.
Butiran mineral yang lebih kecil disebut massa dasar.
Tekstur porfiritik dapat ditemukan dalam batuan dengan kondisi kristal ukuran
kasar dan massa dasar berbutir halus.
Butiran
Kristal yang lebih besar umumnya menunjukkan tingkat pembekuan yang lambat,
fenokris memberikan petunjuk bahwa magma mengalami fase awal pendinginan yang lambat
di bawah permukaan bumi. Pada batuan dengan massa dasar kasar, dimana fase
pendinginan lambat dilanjutkan dengan fase pendinginan yang lebih cepat dibawah
permukaan bumi. Kondisi ini bisa terjadi jika magma bermigrasi ke lokasi yang lebih
dangkal, dimana terjadi pendinginan batuan atau jika proses letusan gunung
berapi terhenti di dalam ruang magma.
Tekstur
porfiritik dengan massa dasar berbutir halus
Sejumlah batuan yang keseluruhannya berbutir halus menunjukkan
adanya sebaran tekstur mineral yang lebih besar dari 1 mm. Tekstur porfiritik
ini menunjukkan bahwa magma berposisi sedikit dibawah permukaan bumi, sehingga
memberikan waktu untuk kristal berukuran besar untuk tumbuh sebelum meletus ke
permukaan dan mengalami pendinginan sangat cepat. Kristal besar yang tumbuh
tersebut adalah fenokris sedangkan sisanya batuan aphanitic yang disebut massa
dasar.
Tekstur Pegmatit
Tekstur
pegmatit adalah suatu mineral yang berbutir sangat besar. Ukuran terbesar dengan
panjang lebih dari sekitar 3 cm. Tekstur ini ditemukan dalam batuan intrusi.
Ukuran
ekstra besar bukan berarti bahwa kristal didinginkan dengan ekstra perlahan. Melainkan
pegmatite dengan kristal besar terbentuk dalam magma yang sangat kaya oleh air
terlarut. Air merupakan elemen yang diperlukan untuk proses ekstra cepat ke status
kristalisasi. Pegmatites sering terbentuk di dalam urat yang terjadi pada akhir
kristalisasi massa intrusi yang besar. Sebagian besar mineral mengeluarkan air
dari struktur mereka, sehingga magma terakhir yang membeku diperkaya oleh air
dan unsur-unsur lainnya.
Jika
batuan tampak seperti blok kaca (berwarna), dengan tidak terlihat adanya
kristal mineral, dikatakan bertekstur kaca. Tekstur kaca dianggap menunjukkan
pendinginan yang begitu sangat cepat sehingga tidak ada kristal bisa terbentuk.
Namun kenyataannya, komposisi juga berperan sangat penting. Kadar silika (SiO2)
tinggi ditemukan dalam batuan felsic (komposisi riolit) menyebabkan batuan
membentuk kaca yang jauh lebih mudah daripada pada batuan basal dengan
konsentrasi silica yang rendah. Dengan demikian, laju pendinginan dari aliran
lava felsik dan mafik bisa serupa, tetapi aliran lava felsik akan membentuk
gelas karena dikemas bersamaan dengan silika.
Tekstur vesicular dan amygdaloidal
Batuan
dengan tekstur vesicular akibat terdapatnya gelembung. Bentuk vesicular bervariasi
dari membulat hingga memanjang dan ukuran dari 1mm hingga lebih dari 1 cm. Batuan
basal paling sering terdapat vesikular.
Penurunan
tekanan magma yang mengalir dari bawah ke permukaan bumi memungkinkan air dan
gas di lava untuk membentuk gelembung. Jika gelembung tidak mendapatkan kesempatan
cukup besar untuk keluar, maka akan dibekukan dalam lava sebagai rongga
vesikular. Amygdaloid adalah rongga vesikular yang telah terisi oleh mineral
sekunder dalam batuan lava yang telah lama didinginkan. Mineral sekunder umumnya
terdiri atas kuarsa, kalsit, atau zeolit.
Scoria dan batu apung
Scoria
dan batu apung bersifat vesicular yang ekstrim. Scoria adalah lava yang sangat
vesikular dengan diameter rongga sangat kecil <1mm.
Batu
apung adalah buih dari kaca vulkanik felsic. Batuan ini serupa busa dengan
begitu banyak udara dalam struktur. Pengujian batu apung segar menunjukkan
sifat kaca. Batu apung yang telah lapuk kehilangan penampilan kaca nya (kaca
vulkanik cepat rusak bila terkena air), tetapi masih ringan dan terasa kasar
terhadap kulit.
Tekstur piroklastik
Tekstur
piroklastik menunjukkan suatu campuran fragmen batuan, batu apung dan abu
vulkanik. Abu berbutir sangat halus, sehingga hanya fragmen batuan dan batu
apung yang diidentifikasi. Batuan dengan tekstur piroklastik disebut tuff jika panjang
fragmen terbesar kurang dari 2,5 inchi, disebut breksi vulkanik jika fragmen
yang lebih besar dari 2,5 inchi.
Dari empat kelompok batuan ini, penamaan tergantung pada apakah mereka menampilkan tekstur kasar atau halus. Tekstur berbutir kasar menunjukkan batuan intrusif sedangkan tekstur halus umumnya menunjukkan batuan ekstrusif.
Klasifikasi batuan beku menurut kandungan mineral :
- Batuan beku ultramafik didominasi oleh olivin dan / atau piroksen.
- Batuan mafik didominasi oleh plagioklas dan piroksen dan jumlah yang lebih kecil olivin.
- Batuan menengah campuran mineral felsic (terutama plagioklas) dan mineral mafik (terutama hornblende, piroksen, dan / atau biotit). Kadang-kadang kuarsa.
- Batuan Felsik sebagian besar feldspar (terutama K-feldspar), setidaknya 10% kuarsa, dan mineral mafik (biotit, hornblende) kurang dari 15%.
Dari
empat kelompok batuan ini, penamaan tergantung pada apakah mereka menampilkan
tekstur kasar atau halus. Tekstur berbutir kasar menunjukkan batuan intrusif
sedangkan tekstur halus umumnya menunjukkan batuan ekstrusif.
Beberapa conto batuan beku
di Jawa Barat
Batuan
Gunung Api Muda G. Masigit (Qym) : Eflata dan lava aliran bersusunan
andesit-basalan.
Andesit,
warna abu-abu, tekstur porfiritik, sangat keras, berat jenis 2.63, lokasi
Kabupaten Garut.
Endapan
Rempah Lepas Gunungapi Muda Tak Teruraikan (Qypu) : Abu gunungapi dan lapili,
tuf pasiran, bongkah-bongkah andesit-basal, breksi lahar dan rempah lepas.
Andesit,
warna abu-abu muda, tekstur porfiritik, kekerasan sedang, berat jenis 2.53,
lokasi Kabupaten Garut.
Batuan
Gunung Api Muda G. Masigit (Qym) : Eflata dan lava aliran bersusunan
andesit-basalan.
Andesit,
warna abu-abu, tekstur porfiritik, sangat keras, berat jenis 2.50, lokasi
Kabupaten Garut.
Batuan
Gunungapi Sangianganjung Tak Teruraikan (Qsu) : Perselingan breksi tuf, breksi
lahar dan lava basal-andesitan.
Andesit,
warna abu-abu, tekstur porfiritik, sangat keras, berat jenis 2.63, lokasi
Kabupaten Bandung.
Batuan
Gunung Api Muda G. Kaledong (Qyk) : Eflata dan lava aliran bersusunan
andesit-basalan.
Basal,
warna abu-abu tua, tekstur afanitik, sangat keras, berat jenis 2.91, lokasi
Kabupaten Garut.
Batuan
Terobosan Andesit (a) : Pada umumnya berupa andesit augit hipersten hornblenda,
dan andesit leuko. Dalam massa dasar banyak terdapat kaca dan feldspar.
Andesit,
warna abu-abu, tekstur profiritik, kekerasan sedang, berat jenis 2.49, lokasi
Kabupaten Bandung.
Breksi
dan Lava Gunung Kencana dan Gunung Limo (Qvk) : Bongkahan andesit dan breksi
andesit dengan banyak sekali fenokris piroksen dan lava basal.
Andesit,
warna abu-abu, tekstur porfiritik, keras, berat jenis 2.56, lokasi Kabupaten
Bogor.
Breksi
dan Lava Gunung Kencana dan Gunung Limo (Qvk) : Bongkahan andesit dan breksi
andesit dengan banyak sekali fenokris piroksen dan lava basal.
Basal,
warna abu-abu tua, tekstur afanitik, sangat keras, berat jenis 2.75, lokasi
Kabupaten Bogor.
Batuan
Terobosan Andesit Hornblenda dan Porfir Diorit (ha) : Intrusi-intrusi yang
umumnya tersusun atas plagioklas menengah dan hornblenda di sekitar G,
Sanggabuana dan G. Parang.
Andesit,
warna abu-abu muda, tektur porfiritik, kekerasan sedang, berat jenis 2.56,
lokasi Kabupaten Purwakarta.
Breksi
Tufaan, Lava, Batupasir, Konglomerat (Pb) : Breksi bersifat andesit, lava
basal, batupasir tufaan, dan konglomerat. Membentuk punggung-punggung tak
teratur, kadang-kadang sangat curam.
Basal, warna
abu-abu tua, tekstur afanitik, keras, berat jenis 2.61, lokasi Kabupaten
Bandung Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan ...