MINERAL PROCESSING (1)
AYAKAN GETAR (VIBRATING SCREEN)
Industri pengolahan mineral
sudah lama menggunakan ayakan getar (vibrating screen) sebagai media pemilahan
ukuran material. Pembagian jenis ayakan getar disesuaikan dengan arah getar
ayakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Arah gerakan
ayunan vibrating screen dan aplikasinya
Ayakan
bergetar (vibrating screen) adalah jenis ayakan yang paling banyak digunakan
untuk produksi agregat. Gambar 1 menunjukkan ayakan yang terdiri atas beberapa
deck. Kerangka baja dapat dirancang untuk memungkinkan dipasangkan satu atau
lebih ayakan satu di atas yang lain. Setiap ayakan disebut sebagai dek. Getaran
diperoleh melalui suatu poros eksentrik, poros dengan counterweight, atau
elektromagnet melekat pada rangka atau ke ayakan.
Gambar
1. Ayakan getar yang terdiri atas 2 dek
Ayakan
terpasang dengan kemiringan kecil dari posisi penerima umpan (receiving) ke
ujung keluaran (discharge), yang dikombinasikan dengan getaran, menyebabkan
agregat mengalir di atas permukaan ayakan. Sebagian besar partikel yang lebih
kecil dari bukaan ayakan akan turun melalui ayakan, sedangkan material lebih
besar dari lubang ayakan akan mengalir pada bagian akhir ayakan. Untuk ayakan yang
terdiri atas beberapa dek berbagai ukuran bukaan efisiensinya semakin kecil
untuk setiap dek kearah bawah.
Sebuah ayakan tidak akan meloloskan
semua material yang ukuran yang sama atau kurang dari dimensi bukaan di ayakan.
Beberapa bagian material ini dapat tertahan dan dibawa keakhir keluaran (discharge)
ayakan. Efisiensi ayakan dapat didefinisikan sebagai rasio jumlah material yang
lolos bukaan ayakan dibagi dengan jumlah total material dimana merupakan
material yang cukup kecil yang lolos bukaan ayakan, dengan rasio dinyatakan
sebagai persen. Efisiensi tertinggi diperoleh pada ayakan dek tunggal, biasanya
sebesar 90 sampai 95 persen. Dek tambahan yang dipasangkan efisiensinya akan
berkurang, menjadi sekitar 85 persen untuk dek kedua dan 75 persen untuk dek
ketiga.
Kapasitas ayakan adalah
jumlah ton bahan yang yang lolos per jam melalui 1 sq ft ayakan. Kapasitas akan
bervariasi sesuai dengan ukuran bukaan, jenis material diayak, kadar air, dan
faktor lainnya. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas ayakan itu
akan jarang diperoleh kapasitas yang tepat. Jika angka ton material yang
diberikan harus lolos per jam pada sebuah ayakan, maka prakteknya harus
ditambahkan dari total material dengan 10 hingga 25 persen lebih besar dari
jumlah yang akan disaring.
Grafik pada Gambar. 2 menunjukkan
kapasitas untuk pengayakan material kering yang dapat digunakan sebagai panduan
dalam memilih ukuran ayakan yang sesuai dengan aliran material tertentu.
Kapasitas yang diberikan dalam grafik harus dimodifikasi untuk penggunaan dengan
faktor koreksi yang tepat.
Gambar
2. Grafik kapasitas ayakan
Tabel
2 memberikan faktor dimana nilai-nilai grafik kapasitas dapat dikalikan untuk
mendapatkan kapasitas efisiensi yang terkoreksi.
Tabel
2. Faktor efisiensi
Faktor
dek ini merupakan faktor yang nilainya akan berbeda dengan posisi dek tertentu
untuk ayakan multi-dek. Nilai-nilai yang diberikan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel
3. Faktor dek
Faktor ukuran agregat kapasitas
ayakan diberikan pada Gambar. 2 didasarkan pada pengayakan material kering yang
tersusun atas ukuran partikel seperti akan didapatkan dari output dari crusher.
Jika material yang akan diayak mengandung surplus ukuran kecil, kapasitas ayakan
akan meningkat, sedangkan jika material mengandung surplus ukuran besar,
kapasitas ayakan akan berkurang. Tabel 4 memberikan faktor yang mewakili koreksi
pengaruh ukuran partikel halus atau kasar yang dapat diterapkan untuk kapasitas
produksi ayakan.
Tabel 4. Faktor ukuran
agregat
Dalam menentukan ukuran ayakan
yang dibutuhkan menggunakan Gambar 2 memberikan kapasitas teoritis ayakan dalam
ton per jam per kaki persegi berdasarkan berat material 100 lb per kaki kubik (1,602 ton/m3)
batuan di crusher. Kapasitas ayakan yang dikoreksi menggunakan rumus
Q = ACEDG (1-1)
dimana Q = kapasitas
ayakan (capacity of screen), tph
A = luas
ayakan (area of screen), sq ft
C = kapasitas
teoritis ayakan (theoretical capacity of screen), tph per sq ft
E = factor
efisiensi (efficiency factor)
D = factor
dek (deck factor)
G = factor
ukuran agregat (aggregate-size factor)
Luas ukuran ayakan minimum yang dibutuhkan sesuai jumlah
kapasitas menggunakan rumus
A = Q/(CEDG) (1-2)
Contoh soal. Tentukan
ukuran ayakan 4 dek dan distribusi butir batu pecah kering setelah melalui
proses pengayakan. Diketahui hasil peremukan jaw crusher ukuran 610 x 916
dengan open-side setting 3 in, kapasitas 114 tph (dasar acuan berat 100 lb/ft3
= 1,602 t/m3) terdiri atas aggregate
dengan ukuran 1/4 – 0 in (11%); 1 - 1/4
in (22%); 11/4 – 1 in (5%); 2 - 11/4
in (20%); dan > 2 in (42%).
Q = 114 tph
C = 3,8 tph per
ft persegi (Gambar 2)
E = 1 (Tabel 2)
D = 1 (Tabel 3)
G = 0,8 (Tabel 4)
Maka :
A = 114/(3,38 x
1 x 1 x 0,8)
= 37,5 ft persegi (ukuran ayakan ideal 4 ft x 10 ft)
Distribusi ukuran butir disajikan pada Tabel 5.
Setelah melalui proses pengayakan getar (vibrating screen), terjadi peningkatan produksi oversize deck 1 hingga deck 4, namun sebaliknya hasil produksi undersize deck 4 menurun menjadi 6,55%. Peningkatan dan penurunan hasil produksi pengayakan dibandingkan hasil produksi jaw crusher dikarenakan perbedaan efisiensi deck ayakan yang bervariasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan ...